Apakah yang menjadi dasar berkreativitas
dan berinovasi kita? ikuti dan dapatkan jawaban dalam postingan berikut ini.
Penulis Kejadian
memaparkan suatu narasi unggul yang bertahan zaman dari zaman sebelum masehi
sampai pada tahun masehi. Isi narasi itu dilihat dalam Kejadian 1:27, dan 2:15
Kejadian 1: 27
“Maka Allah menciptakan
manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia;
laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”.
Kejadian 2:15.
“TUHAN Allah mengambil
manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan
memelihara taman itu”.
Kedua narasi tersebut
di atas dapat dijadikan sebagai dasar pijak untuk menyoal kreativitas dan
inovasi. Dalam narasi ini jelas nampak penegasan tentang potensi kreativitas
dan inovasi dalam diri manusia sebagai makluk ciptaan TUHAN. Tuhan menciptakan
manusia dengan kemampuan kreativitas dan inovasi. Melalui kedua kemampuan
inilah manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Namun harus diingat bahwa ada
perbedaan kreativitas dan inovasi TUHAN dengan kreativitas dan inovasi manusia.
Adam dan Hawa dicipta dalam
kesempurnaan tetapi tetap ada perbedaan antara pencipta dan yang dicipta,
manusia makhluk terbatas dan bergantung pada Allah. Gambar Allah dalam diri
manusia terdiri atas gambar alamiah dan moral, dan bukan dalam arti segambar
dalam pengertian fisik.[1]
Seorang teolog yaitu Paul Enns, menyatakan: gambar dan rupa
merupakan istilah yang tidak menunjuk secara fisik karena Allah adalah Roh
(bnd. Yoh. 4:24), menurut Enns, kata gambar dipakai dalam pengertian keserupaan
dalam spiritual, natural dan moral. Dalam keserupaan manusia (Adam dan
Hawa) secara natural, menegaskan bahwa
manusia memiliki akal budi, emosi, dan kehendak untuk mengetahui dan
berkomunikasi dengan Allah.[2] Paul Enns
mengutip pandangan E. Brunner yang menyatakan bahwa manusia adalah yang sama
sekali berbeda dengn binatang. Perbedaan itu terletak pada rasio, kebebasan dan
daya cipta manusia.[3] Oleh kemampuan
rasio, kebebasan dan daya cipta yang ada pada manusia memampukan manusia untuk
melakukan apa yang disebut dengan kreativitas dan inovasi.
Seorang teolog
Baptis, Millard J. Erickson, bahwa
”gambar
Allah” sebagai kekuatan-kekuatan kepribadian yang menjadikan
manusia, seperti halnya Allah, mampu berinteraksi dengan pribadi yang lain,
mampu berpikir, dan merenung, serta
berkehendak dengan bebas.” Gambar Allah adalah sejumlah kemampuan yang
dibutuhkan untuk mewujudkan hubungan dan fungsi tersebut. Kemampuan-kemampuan
tersebut adalah kemampuan-kemampuan Allah yang, ketika tercermin di dalam
manusia, memungkinkan pemujaan, interaksi personal, serta pekerjaan dapat
terlaksana”.[4] Kemampuan ini
merupakan akibat atau penerapan dari gambar Allah. [5]
Berdasarkan
kemampuan kreativtas
dan inovasi inilah
maka manusia pertam, Adam dan Hawa dapat mewujudkan perintah Allah untuk
”mengusahakan” dan ”memelihara” taman Eden (Kej. 2:15). Jadi, dari narasi teks suci ini dapat
disimpulkan bahwa manusia adalah mahluk ”kreatif” dan ”inovatif”. Bila dikatakan bahwa Adam dan Hawa adalah
mahluk inovatif dan kreatif maka manusia zaman kini, termasuk setiap orang dari denominasi
gereja manapun, agama
manapun adalah bagian dari keturunan dari Adam dan Hawa yang juga
memiliki potensi kreativitas
dan inovasi.
Pemaparan
di atas tidak hanya sebatas Adam dan Hawa tetapi generasi Adam dan Hawa yaitu
manusia dari segala suku bangsa juga adalah ciptaan Tuhan. Oleh karena ciptaan
Tuhan maka manusia masa kini dan masa yang akan datang adalah makluk yang
memiliki kemampuan kreativitas
dan inovasi. Kata
segambar dan serupa ada pada setiap manusia yang sejak kejatuhan tidak
hilang tetapi dipengaruhi dosa sehingga segala yang baik dalam diri manusia
diarahkan pada kecenderungan yang jahat. Itulah sebabnya gambar dan rupa Allah
dipulihkan dalam pengorbanan Kristus.
Jadi, potensi berpikir kreatif
sebenarnya sudah ada. Dikatakan demikian karena setiap orang adalah makluk
ciptaan Tuhan yang segambar dan serupa, memiliki potensi entrepreneur (berpikir
kreatif). Berpikir kreatif adalah proses berpikir yang menghasilkan
kreativitas. Kreativitas tidak selalu menghasilkan produk konkrit, tetapi meliputi
seluruh aspek kehidupan, diantaranya berupa ide. Mustahil bila seseorang tidak
mempunyai ide. Ide tersebut menghantar seseorang pada kreativitas. Kreativitas sangat penting
untuk menyiasati segala keterbatasan yang dihadapi setiap orang Kristen,
kreativitas tersebut menolong seseorang untuk memecahkan masalah pada berbagai
aspek kehidupan, sekaligus menghasilkan peluang atau karya baru untuk
memudahkan kehidupan manusia. Sebenarnya, sejak dilahirkan setiap orang
memiliki daya kreativitas yang cukup tinggi dalam DNA-nya. Tetapi masalah yang
terjadi yakni tekanan hidup seiring proses pertambahan usia ternyata menekan
daya kreativitas tersebut. Stres akibat mengalami tantangan kehidupan
sehari-hari maupun dilema, membuat daya kreativitas seseorang berangsur kering.
Namun daya kreativitas itu ternyata juga dapat diasah dan kembali ditingkatkan
melalui kemampuan menciptakan tujuan yang jelas, agar dapat menghasilkan
ide-ide yang jelas juga. Setelah itu, fokus dalam melakukan tindakan-tindakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
“Bila
kita berkreatif dan berinovasi maka kita adalah mahkluk yang segambar dan
serupa dengan TUHAN Allah”, bila kita enggan berkreatif dan berinovasi maka
kita hidup dalam pertentangan atau ketidakharmonisan”
Salam
kreativitas dan inovasi
[1]William W. Menzies dan Stanley M. Horton , Doktrin Alkitab (Malang
: Gandum Mas, 2003), hlm. 84-85
[2] Paul Enns, The Moody Handbook
of Theology Buku Pengantar Teologi (Malang : Literatur SAAT, 2008), hlm.
44-45
[3] Theol. Diester Becker, Pedoman
Dogmatika Suatu Kopendium Singkat (Jakarta : BPK, 2001), hlm. 88
[4] Millard J. Erickson, Teologi
Kristen Volume II (Malang Gandum Mas, 2003), hlm.93
[5] Millard J. Erickson, Teologi
Kristen Volume II (Malang Gandum Mas, 2003), hlm.93
Tidak ada komentar:
Posting Komentar