Sabtu, 06 Agustus 2016

Dasar teologis berkreativitas dan inovasi

Apakah yang menjadi dasar berkreativitas dan berinovasi kita? ikuti dan dapatkan jawaban dalam postingan berikut ini.
Penulis Kejadian memaparkan suatu narasi unggul yang bertahan zaman dari zaman sebelum masehi sampai pada tahun masehi. Isi narasi itu dilihat dalam Kejadian 1:27, dan 2:15
Kejadian 1: 27
“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”.
Kejadian 2:15.  
“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu”.
Kedua narasi tersebut di atas dapat dijadikan sebagai dasar pijak untuk menyoal kreativitas dan inovasi. Dalam narasi ini jelas nampak penegasan tentang potensi kreativitas dan inovasi dalam diri manusia sebagai makluk ciptaan TUHAN. Tuhan menciptakan manusia dengan kemampuan kreativitas dan inovasi. Melalui kedua kemampuan inilah manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Namun harus diingat bahwa ada perbedaan kreativitas dan inovasi TUHAN dengan kreativitas dan inovasi manusia.
Adam dan Hawa dicipta dalam kesempurnaan tetapi tetap ada perbedaan antara pencipta dan yang dicipta, manusia makhluk terbatas dan bergantung pada Allah. Gambar Allah dalam diri manusia terdiri atas gambar alamiah dan moral, dan bukan dalam arti segambar dalam pengertian fisik.[1]
Seorang teolog yaitu Paul Enns, menyatakan: gambar dan rupa merupakan istilah yang tidak menunjuk secara fisik karena Allah adalah Roh (bnd. Yoh. 4:24), menurut Enns, kata gambar dipakai dalam pengertian keserupaan dalam spiritual, natural dan moral. Dalam keserupaan manusia (Adam dan Hawa)  secara natural, menegaskan bahwa manusia memiliki akal budi, emosi, dan kehendak untuk mengetahui dan berkomunikasi dengan Allah.[2] Paul Enns mengutip pandangan E. Brunner yang menyatakan bahwa manusia adalah yang sama sekali berbeda dengn binatang. Perbedaan itu terletak pada rasio, kebebasan dan daya cipta manusia.[3] Oleh kemampuan rasio, kebebasan dan daya cipta yang ada pada manusia memampukan manusia untuk melakukan apa yang disebut dengan kreativitas dan inovasi.
Seorang teolog Baptis, Millard J. Erickson, bahwa ”gambar Allah”  sebagai  kekuatan-kekuatan kepribadian yang menjadikan manusia, seperti halnya Allah, mampu berinteraksi dengan pribadi yang lain, mampu berpikir, dan merenung, serta berkehendak dengan bebas.” Gambar Allah adalah sejumlah kemampuan yang dibutuhkan untuk mewujudkan hubungan dan fungsi tersebut. Kemampuan-kemampuan tersebut adalah kemampuan-kemampuan Allah yang, ketika tercermin di dalam manusia, memungkinkan pemujaan, interaksi personal, serta pekerjaan dapat terlaksana”.[4] Kemampuan ini merupakan akibat atau penerapan dari gambar Allah. [5]
Berdasarkan kemampuan kreativtas dan inovasi inilah maka manusia pertam, Adam dan Hawa dapat mewujudkan perintah Allah untuk ”mengusahakan” dan ”memelihara” taman Eden (Kej. 2:15). Jadi, dari narasi teks suci ini dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mahluk ”kreatif” dan ”inovatif”.  Bila dikatakan bahwa Adam dan Hawa adalah mahluk inovatif dan kreatif maka manusia zaman kini, termasuk setiap orang dari denominasi gereja manapun, agama manapun adalah bagian dari keturunan dari Adam dan Hawa yang juga memiliki potensi kreativitas dan inovasi.
            Pemaparan di atas tidak hanya sebatas Adam dan Hawa tetapi generasi Adam dan Hawa yaitu manusia dari segala suku bangsa juga adalah ciptaan Tuhan. Oleh karena ciptaan Tuhan maka manusia masa kini dan masa yang akan datang adalah makluk yang memiliki kemampuan kreativitas dan inovasi. Kata segambar dan serupa ada pada setiap manusia yang sejak kejatuhan tidak hilang tetapi dipengaruhi dosa sehingga segala yang baik dalam diri manusia diarahkan pada kecenderungan yang jahat. Itulah sebabnya gambar dan rupa Allah dipulihkan dalam pengorbanan Kristus.
            Jadi, potensi berpikir kreatif sebenarnya sudah ada. Dikatakan demikian karena setiap orang adalah makluk ciptaan Tuhan yang segambar dan serupa, memiliki potensi entrepreneur (berpikir kreatif). Berpikir kreatif adalah proses berpikir yang menghasilkan kreativitas. Kreativitas tidak selalu menghasilkan produk konkrit, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan, diantaranya berupa ide. Mustahil bila seseorang tidak mempunyai ide. Ide tersebut menghantar seseorang  pada kreativitas. Kreativitas sangat penting untuk menyiasati segala keterbatasan yang dihadapi setiap orang Kristen, kreativitas tersebut menolong seseorang untuk memecahkan masalah pada berbagai aspek kehidupan, sekaligus menghasilkan peluang atau karya baru untuk memudahkan kehidupan manusia. Sebenarnya, sejak dilahirkan setiap orang memiliki daya kreativitas yang cukup tinggi dalam DNA-nya. Tetapi masalah yang terjadi yakni tekanan hidup seiring proses pertambahan usia ternyata menekan daya kreativitas tersebut. Stres akibat mengalami tantangan kehidupan sehari-hari maupun dilema, membuat daya kreativitas seseorang berangsur kering. Namun daya kreativitas itu ternyata juga dapat diasah dan kembali ditingkatkan melalui kemampuan menciptakan tujuan yang jelas, agar dapat menghasilkan ide-ide yang jelas juga. Setelah itu, fokus dalam melakukan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan tersebut.
“Bila kita berkreatif dan berinovasi maka kita adalah mahkluk yang segambar dan serupa dengan TUHAN Allah”, bila kita enggan berkreatif dan berinovasi maka kita hidup dalam pertentangan atau ketidakharmonisan”
Salam kreativitas dan inovasi



[1]William W. Menzies dan Stanley M. Horton , Doktrin Alkitab (Malang : Gandum Mas, 2003), hlm. 84-85
[2] Paul Enns, The Moody Handbook of Theology Buku Pengantar Teologi (Malang : Literatur SAAT, 2008), hlm. 44-45
[3] Theol. Diester Becker, Pedoman Dogmatika Suatu Kopendium Singkat (Jakarta : BPK, 2001), hlm. 88
[4] Millard J. Erickson, Teologi Kristen Volume II (Malang Gandum Mas, 2003), hlm.93
[5] Millard J. Erickson, Teologi Kristen Volume II (Malang Gandum Mas, 2003), hlm.93